Selasa, 13 Agustus 2013

Patah

Hari ini sebuah kejadian telah menyobek hati. Sesuatu berbentuk panjang dan runcing, patah di dalam sini. Ia meretas kepala. Tertanam di setiap sudut arteri. Oh Tuhan jantungku berhenti. Kini tidak ada aliran apapun dalam balutan urat urat berdarah. Jauh berbeda sesaat sebelum melakukannya. Keinginan itu telah membunuh dirinya sendiri.

Aku memegang kristal yang membeku bersama dinginnya tangan ini. Aku beku dihadapannya Tuhan. Aku membuatnya dari serpihan serpihan hati yang halus. Kurekatkan dari tiap kali melakukan sesuatu yang membuatku bahagia. Seperti saat tiap kali aku menunggunya sunyi di tengah jalan, tiap butir keringat yang menetes di tanah, tiap hujan yang terhangatkan oleh pelukan keajaiban. Maka aku akan membentuknya setelah itu di dalam mimpiku Tuhan. Bahkan benda itu kini sudah memiliki nama. Sengaja aku simpan dan kujaga sejak lama.

Hari ini aku sempat berkeringat. Aku takut melihat wajahnya Tuhan. Tubuhku menghangat sendiri. Jantungku.. entahlah aku tidak mengerti mengapa semua ini. Ya atau tidak. Seperti membayangi fikiranku. Aku tarik dalam dalam nafas besar itu. Berhembus pelan. Tertahan sebagian. Aku takut, aku hanya punya satu.

Lalu aku berikan benda itu kepadanya. Tidak bisa kau bayangkan rasanya. Benda itu jatuh! Jatuh berkeping keping lagi Tuhan. Tangisanku pecah menjerit saat menghadap ke sudut kosong. Suaranya sudah tidak terdengar lagi. Sebuah genggaman kecil tapi lukaku tidak berhenti sampai disitu. Ia tumbuh di fikiranku. Suatu hari ia akan percaya hanya ada satu namanya yang aku tunggu untuk itu. Ia akan tahu rasanya kerumitan perasaan ini. Mungkin akan aku rangkai lagi untuknya .. tapi kepedihan ini tidak akan berhenti sebelum aku mati.

0 komentar:

Posting Komentar